MUHAMMADIYAH BERKEMAJUAN
Muhammadiyah Gerakan Pembaruan
“RESENSI”
Oleh: Ahmad Syarifudin
Muhammadiyah yang berdiri tahun 1912 dikenal sebagai gerakan Islam modernis atau reformis, kendati dirinya tidak mengklaim demikian. Para penulis dan peneliti maupun masyarakat menjuliki Muhammadiyah sebagai gerakan Islam modern, reformis, dan lebih spesifik lagi disebut gerakan tajdid atau pembaruan. Muhammadiyah disebut pula sebagai gerakan kebangkitan Islam (the revival of Islam, al-sahwa al-Islamy, al-Ihya al-Islamy), bahkan disebut sebagai gerakan Salafiyah. Muhammadiyah juga termasuk The Largest Reformisy Islamic Orgabisation, organisasi Islam terbesar di Indonesia. Apakah cukup dengan seperti sekarang ini atau ingin mengukir kisah sukses kedua untuk kejayaan umat, bangsa, dan dunia kemanusiaan sejagad.
Kelahiran Muhammadiyah. Waktu berdiri tertulus Moehammadijah, adalah nama gerakan Islam yang lahir di Kauman Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 Nopember 1912 M sebagai ‘persyarikatan. Pendiri Muhammadiyah adalah Ahmad Dahlan seorang pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan sebagai pedagang.
Pembaharuan dunia Islam dikenal dengan al-Ashraniyah (modernisme) atau al-Ishlahiyah (reformisme), yang secara umum dikenal dengan kebangunan atau pembaruan dunia Islam sebagaimana dikumandangkan oleh Ibn Taimiyyah, Muhammad bin Abdul Wahhab, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Ahmad Kkhan, dan para pembaru lainnya.
Ahmad Dahlan Mujadid Islam. Karya pembaruannya meliputi: pertama, meluruskan arah kiblat, shalat id di lapangan, dan menjauhkan praktik beragama dari syirik, tahayul, bid’ah, dan khurrafat. Kedua, pembinaan umat malalui pengajian-pengajian yang melembaga. Ketiga, mempelopori pendirian sekolah Islam modern yang diberi nama Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah. Keempat mendirikan PKU, panti asuhan dan pelayanan social lainnya. Kelima, mendirikan Taman Pustaka, Majalah Suara Muhammadiyah, dan lembaga Penolong Haji. Keenam, adala mendirikan Aisyiyah.
Karakter Muhammadiyah. ”Muhammadiyah adalah gerakan yang menampilkan banyak wajah. Dari jauh nampak doktriner. Tetapi dilihat dari dekat, kita menyadari ada sedikit sistematisasi teologis. Apa yang ada di sana agaknya merupakan suatu susunan ajaran moral yang diambil langsung dari Al-Qur’an dan Hadits. Nampak ekslusif bila dipandang dari luar, tetapi sesungguhnya tampak terbuka bila berada di dalamnya. Secara organisatoris nampak membebani, akan tetapi sebenarnya Muhammadiyah merupakan suatu kumpulan individu yang sangat menghargai pengabdian pribadi. Nampak sebagai organisasi yang sangat disiplin, akan tetapi sebenarnya tidak ada alat pendisiplinan yang efektif selain kesadaran masing-masing. Nampak agresif dan fanatik, akan tetapi sesungguhnya cara penyiarannya perlahan-lahan dan toleran. Nampak anti-Jawa, akan tetapi sebenarnya dalam banyak hal mewujudkan sifat baik orang Jawa..”
Paham Islam dan Pemikiran Ideologis. ”Ideologi Muhammadiyah” ialah ”seperangkat pemikiran dan sistem perjuangan untuk mewujudkannya” atau ”sistem paham dan perjuangan untuk mewujudkannya”, yakni ”paham Islam dan sistem gerakan Muhammadiyah” meliputi: konsep “Duabelas Langkah Muhammadiyah” atau “Langkah Muhammadiyah tahun 1938-1942 pada era Kyai Mas Mansyur (1938)”, Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah tahun 1945 oleh Ki Bagus Hadikusuma, “Kepribadian Muhammadiyah” tahun 1962, lahir pada era kepemimpinan H.M. Yunus Anis (1959-1962), muktamar ke-37 tahun 1968 di Yogjakarta melahirkan “Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah” (MKCHM) dan “ Khittah Perjuangan Muhammadiyah”, tahun 2000 dalam muktamar ke-44 di Jakarta dirumuskan konsep penting dan mendasar yakni “ Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah” ke-45 tahun 2005 di malang Muhammadiyah mengeluarkan konsep pandangan dunia yang cukup penting yakni “Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Jelang Satu Abad” “Zhawãhir al-Afkãr al-Muhammadiyyah ’Abra Qarn min al-Zamãn”,
Pemikiran Dakwah. Dakwah sejatinya merupakan konsep Islam yang paling demokratis. Kata dakwah (bahasa Arab) berasal dari kata da’a – yad’u – dakwatan artinya menyeru memanggil, dan menjamu. Dakwah Muhammadiyana ith bersifat multi aspek sesuai dengan keluasan ajaran Islam. Karena itu dakwah melipiti pembinaan paham dan praktik keagamaan sebagaimana tuntunan tarjih, tabligh, pendidikan, kesehatan, ekonomi, pemberdayaan masyarakat, peran kebangsaan dan berbagai usaha lainnya. Konsep dan langkah paling strategis dan sistematis dari pemikiran dakwah Muhammadiyah dirumuskan tahun 1968 sebagai hasil muktamar ke-37 di Yogyakarta, yang dikenal dengan Gerakan Jama’ah dan Dakwah Jama’ah (GJDJ). Perkembangan mutakhir menyangkut pemikiran tentang dakwah maupun integrasi GJDJ, diformulasikan dalam konsep dan pemikiran “Dakwah Kultural Muhammadiyah” sebagai sistem (manhaj) dakwah yang paling konperehensif produk Muhammadiyah secara resmi kelembagaan.
Pemikiran Tajdid Muhammadiyah itu bersifat baina tajrid wa tajdid (antara pemurnian dan pembaruan). paradigma tajdid dalam dua orientasi yakni pemurnian (purifikasi) dan pengembangan (dinamisasi). Tajdid bukan sekadar ‘iadat al-syaiy ka al-mubtada (mengembalikan sesuatu pada asal mulanya), tetapi juga bermaka al-ihya (menghidupkan sesuatu yang mati) atau bahkan al-ishlah (membangun, mengembangkan, memperbarui). Kini Muhammadiyah memerlukan pengembangan dari paradigma tajdid juz’i-‘alami (pembaruan praksis amaliah) ke tajdid usuli-nazari (pembaruan pemikiran yang lebih mendasar)
Masyarakat Islam. Masyarakat Islam yang dicita-citakan Muhammadiyah memiliki kesamaan karakter dengan masyarakat madani (civil-society) yang maju, adil, makmur, demokratis, mandiri, bermartabat, berdaulat, dan berakhlak-mulia (al-akhlaq al-karimah) yang dijiwai nilai-nilai Ilahiah. Masyarakat Islam sebagai kekuatan madaniyah (masyarakat madani) menjunjungtinggi kemajemukan agama dan pemihakan terhadap kepentingan seluruh elemen masyarakat, perdamaian dan nir-kekerasan, serta menjadi tenda besar bagi golongan dan kelompok masyarakat tanpa diskriminasi. Masyarakat Islam yang dicita-citakan Muhammadiyah merupakan masyarakat yang terbaik yang mampu melahirkan peradaban yang utama sebagai alternatif yang membawa pencerahan hidup umat manusia di tengah pergulatan zaman.
Organisasi dan Amal usaha. Organisasi Muhammadiyah bersifat structural yang memiliki hirarki kepemimpinan dari tingkat Pusat sampai tingkat Ranting di masyarakat. Dan banyak memiliki amal usaha disemua level pimpinan. Struktur organisasi Muhammadiya tersebar di 33 Wilayah, 408 Daerah, 3.176 Cabang, dan 10.235 Ranting. AMAL usaha Muhammadiyah terwujud ke dalam ribuan lembaga pendidikan dari Taman kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Manengah, dan Perguruan Tinggi. Bidang kesehatan seperti ratusan Rumah Sakit, balai-balai kesehatan dan anak, panti asuhan tersebar di seluruh Indonesia.
Muhammadiyah Masa Depan. Supaya tidak terjebak pada ekstrimitas yang radikal baik ke arah “radikal kiri” maupun “radikal kanan” dalam pemikiran Islam, transformasi tajdid yang bercorak purifikasi dan dinamisasi sekaligus memberikan jalan keluar atau solusi untuk melakukan rancang bangun tajdid jilid kedua bagi Muhammadiyah saat ini dan ke depan. Dua materi strategis dapat diselesaikan dalam Muhammadiyah menyangkut fondasi pemikiran yang fundamental dalam gerakan Islam ini. Pertama, menyelesaikan atau memulai kembali penyusunan buku Risalah Islamiyah yang berisi tentang Islam dalam berbagai aspeknya yang menjadi pandangan resmi Muhammadiyah. Kedua, mengembangkan konsep secara tuntas dan luas tentang Manhaj Tarjih mengenai tiga pendekatan dalam memahami Islam yaitu bayani, burhani, dan irfani. Ketiga, mengagendakan tajdid di bidang dakwah, organisasi, amal usaha, pengembangan kader dan anggota, dan berbagai model aksi gerakan agar Muhammadiyah tampil menjadi gerakan Islam yang unggul dan bergerak di garis depan dalam dinamika kehidupan umat, bangsa, dan perkembangan global.